VAw4HBTsJIe15camAdLyxmr6Gko2NgDKdvrlkFP2

Menelusuri Jejak Sejarah Perkeretaapian Indonesia, Museum Kereta Api Ambarawa

Kereta kuno wisata

Sudah lama saya tertarik untuk berkunjung ke museum Kereta Api Indonesia di Ambarawa. Ini bermula saat SMA saya dan teman-teman Cagar Budaya Banjarnegara sempat menelusur lebih detail terkait jejak peninggalan Serajoedal Stoomtram Maatschappij (SDS) yaitu Perusahaan perkeretaapian pada era penjajahan Belanda tahun 1890an yang memiliki wilayah kerja dari Maos Cilacap, Purwokerto, Purbalingga, Banjarnegara dan Wonosobo. Jalur kereta api ini sudah tidak aktif sejak tahun 1980an dan menyisakan infrastruktur seperti rel, terowongan dan jembatan yang menjadi marking bahwa di Banjarnegara pernah ada “kereta” meskipun saat ini reaktivasi oleh KAI hanya berupa wacana.

Kereta Api Pertama di Indonesia Semarang-Tanggungharjo

Karena artefak tersebut hanya berupa bangunan yang kini menjadi puzzle dan cerita oral, rasa penasaran membawa saya untuk mengunjungi museum kereta api di Ambarawa untuk memahami lebih lanjut Sejarah perkeretaapian di Indonesia. Museum ini digagas oleh mantan gubernur Jawa Tengah pak Soeparjo Rustam yang menjabat pada tahun 1970an, akan tetapi Pembangunan museum ini baru benar-benar direalisasikan pada tahun 2010-2015. Museum ini merupakan alih fungsi dari stasiun Ambarawa yang dulunya memiliki nama Stasiun Willem  yang diresmikan oleh Nedherlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NISM) pada tahun 1873.

Stasiun Willem masih beroperasi untuk wisata

Lokasinya berada di tengah Ambarawa dekat dengan benteng Willem, hal ini juga yang menjadi alasan penamaan stasiun Ambarawa adalah stasiun Wllem. Jika ditarik sejarahnya, Ambarawa merupakan “kota militer” yang menjadi titik strategis pergerakan militer Belanda KNIL pada kala itu. Pembangunan infrastruktur jalur kereta api di Jawa tengah juga tidak lepas dari keberhasilan Pembangunan jalur kereta api pertama di Indonesia yang menghubungkan Semarang dengan Tanggungharjo, Grobogan.

Pasca keberhasilan proyek tersebut, Pembangunan jalur kereta api di Indonesia, khususnya di Jawa tengah semakin gencar guna mobilisasi komoditas eksport dan juga logistik militer Belanda. Salah satu jalur strategis yang dibangun adalah lintasan di stasiun Ambarawa ini.

Timeline Perkembangan kereta api Indonesia

Ketika pertama kali saya masuk ke area museum ini, nuansa “vintage” sangat terasa dari display lokomotif uap yang berjejer sangat banyak sepanjang jalan menuju pintu masuk loket. Saya terpana dengan layout museum yang sangat tertata rapi, restorasi bangunan lama juga propper tidak merubah bentuk asli, foto display ditata secara diakronik berdasarkan perkembangan perkeretaapian di Indonesia dari waktu ke waktu, dan yang tidak kalah penting museum ini sangat bersih!

Depo dan koleksi Lokomoti Uap tahun 1800an

Museum Kereta Api Ambarawa ini tidak sekadar mendisplay koleksi lokomotif tua, akan tetapi segala sesuatu terkait perkeretaapaian ada di sini seperti alat-alat kuno untuk mencetak tiket, menghitung uang, seragam masinis dari masa ke masa, semboyan atau penanda, alat komunikasi dari telepon lapangan hingga radio telegrafi morse untuk berkomunikasi ada di sini! Bahkan alat-alat mekanik untuk servis lokomotif pun ada, seperti crane, mesin bubut, bor raksasa yang umurnya sudah 1,5 abad. Museum ini juga memiliki Depo perawatan lokomotif yang saat ini masih aktif.

Mesin kuno untuk perwatan kereta dan rel

Ketika berkunjung ke sini, wisatawan tidak hanya disuguhi artefak yang saya sebutkan tadi. Tapi juga bisa menikmati langsung perjalanan menggunakan kereta uap kuno dengan gerbong kayu rute Ambarawa – Bedono. Mungkin ini menjadi salah satu pengalaman yang unik untuk wisatawan, karena kereta api wisata dengan lokomotif uap kuno hanya ada di beberapa wilayah saja di Indonesia. Rute Ambarawa – Bedono memiliki pemandangan yang memanjakan mata, melintasi persawahan, terowongan dan juga jembatan kuno, bahkan melintasi perbukitan yang tidak lazim untuk kereta api, uniknya kereta api di Ambarawa ini memiliki  spesifikasi yang berbeda dan hanya bisa ditemui di Ambarawa dan sawah lunto Sumatera saja, yaitu kereta api dengan rel bergerigi.

Mekanisme Rel Kereta Bergerigi

Sayangnya saya terlalu kesiangan ketika berkunjung ke museum sehingga tidak kebagian perjalanan menggunakan kereta vintage ini. ohiya, untuk tour Ambarawa-Bedono menggunakan kereta api tua ini hanya beroperasi di hari sabtu dan minggu saja, ketika weekdays kereta tidak beroperasi. Untuk tiket tour kereta ini anda perlu membayar Rp.100.000 sedangkan tiket masuk museum hanya Rp.20.000 saja. Tour kereta ini sifatnya opsional dan jam operasinya tidak pasti tergantung dengan kondisi cuaca, jumlah wisatawan dan kesediaan lokomotif apakah siap atau sedang maintenance mengingat usinya yang sudah hampir 2 abad.

Kereta wisata

Saya merekomendasikan museum ini untuk dikunjungi, pelayanan dan fasilitasnya sangat memadahi. Petugas dan pelayanan di sini persis dengan stasiun-stasiun lain sebab pegawai di sini juga di bawah PT.KAI langsung. Informatif dan juga suasananya adem dari segi tata ruang dan bangunan. Cocok untuk museum date atau berlibur bersama anak dan keluarga.

Koleksi Loket Kuno dan Alat berat khusus

Hanya saja, yang kurang dari museum ini adalah minimnya guide yang mampu menjelaskan objek atau Sejarah dari artefak yang ada. Mungkin sebenarnya ada, tetapi saya tidak menemukan guide yang standby di lokasi. Terutama terkait jenis lokomotif dan juga Sejarah di dinas asal lokomotif tersebut, jika ada guide yang memberikan story telling tiap lokomotif yang ada saya rasa ini akan semakin maksimal. Sayangnya deskripsi detail tiap lokomotif sangat minim. Khusus untuk puluhan lokomotif ini kita hanya bisa menikmati “besi tua”. 

Maket dan miniatur kereta yang ada di seluruh Indonesia

 

Havid Adhitama
An Licenced Amateur Radio, Travel Enthusiast, Love about Nature, Sosio-Culture And Outdoor Activity.

Related Posts

Post a Comment