VAw4HBTsJIe15camAdLyxmr6Gko2NgDKdvrlkFP2

Tanjunganom, Batu Petapa Angkawijaya

 
Rohidin, sedang menunjukan lokasi ditemuknaya Artefak
Saat menyambangi wilayah Desa Tanjunganom Kecamatan Rakit Kabupaten Banjarnegara, Tim Penelitian Sosial Budaya Ekspedisi Serayu tergelitik dengan kisah warga di sekitar jembatan gantung Desa Luwung. Menurut mereka, di sebelah desa ada batu berbentuk jengkok (dingklik kecil) dan sebuah gandrik (seperti ulekan sambal) yang konon merupakan tempat duduk pertapan tokoh pewayangan Antawijaya.
Usut punya usut, batu tersebut berada di rumah mantan Kepala Desa Tanjunganom Rohidin Marta. Menurut Rohidin, batu tersebut telah ada sejak desa Tanjunganom ada. Warga sini mempercayai bahwa ini adalah batu tempat duduk Antawijaya yang sedang bertapa. Dulu batu ini sempat hilang dibawa seseorang dari Wonosobo, namun konon karena memiliki batu itu, sekeluarganya menjadi mati. Sehingga batu itu dikembalikan lagike Desa Tanjunganom.

Artefak Batu
Tim sempat dibawa untuk ditunjukkan ke lokasi penemuan batu berbentuk jengkok tersebut. Jarak lokasi penemuan dengan sungai Serayu hanya kurang lebih 200 meter di lereng tebing. Salah satu juru kunci batu tersebut Maryoto mengisahkan bahwa dulu batu tersebut sangat dihindari oleh para penggembala ternak karena pernah ada ternak yang menginjak batu ini, kemudian jatuh terguling dan mati. Peristiwa itu tidak hanya sekali terjadi. Tak hanya batu tersebut, kurang lebih 300 meter dari tempat tersebut juga terdapat lubang di tebing yang dianggap sebagai tempat bertapa Antawijaya.

Tim Penelitian Sosial Budaya Ekspedisi Serayu tidak berani berspekulasi mengenai temuan tersebut. Batu itu sudah kami potret, nantinya kita akan mengkonsultasikannya dengan ahli arkeologi. Sementara ini kami masih menduga bahwa batu itu merupakan salah satu artefak zaman Hindu. Karena memang sungai Serayu lekat dengan kebudayaan Mataram Kuno. Adapun kisah mitologis yang melingkupinya biarlah tetap berkembang di masyarakat sebagai kisah semata. Efek positifnya, dengan pengkeramatan benda dan tempat-tempat seperti itu, menjadikan masyarakat tidak berani merusak lingkungan di sana. Sehingga kelestarian alam, terutama DAS Serayu terjaga. narasumber: Heni Purwono (ketua tim Sosbud Ekspedisi Serayu)
Posted by Havid Adhitama
Havid Adhitama
An Licenced Amateur Radio, Travel Enthusiast, Love about Nature, Sosio-Culture And Outdoor Activity.

Related Posts

9 comments

  1. Kepercayaan yg sudah lama melekat memang sulit di hilangkan.. apalagi terkait mitos..
    Tpi, kalau memang benar itu batu peninggalan zadul.. wahh luar biasaa... jejak sejarahnya kudu di gali lagi.. bakal menarik.. banjarnegara bakal punya musium artepak.. hehe.. aamiin

    ReplyDelete
    Replies
    1. sebenere udah ada penjelasan yang lebih jelas terkait sejarah batu itu mba, jadi batu yg tadi itu sama kayak peninggalan di situs liangan temanggung. tp belum tk posting wkw. kalo museum artefak banjarnegara udah punya kok, museum kailasa Dieng wkaka

      Delete
  2. Memang benar dengan adanya kejadian2 misterius tersebut setidaknya bisa menjadi efek jera bagi yang mau mencoba mencuri peninggalan jaman dahulu, apalagi sampai merusaknya. Tpi ngmong2 itu orang Wonosobo yang ambil mau buat apa ya...? :D

    ReplyDelete
  3. Kok keren ya.. Ada batu yg dipercaya kaya gitu.. Makasih loh kak informasinya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Di tanjunganom budayanya masih kental mba.. banyak mitos yg sampai sekarang masih dipercaya. 😁 okayy...mba

      Delete
  4. Kurang lengkap sih critanya saya yang asli dari tanjunganom menurut saya masih kurang lengkap mengenai asal usul batu dan terbuatnya desa tanjunganom atau Plongkowati angkawijaya

    ReplyDelete