VAw4HBTsJIe15camAdLyxmr6Gko2NgDKdvrlkFP2

Bermain dengan Satelit, Bagaimana Caranya?


-Lanjutan dari artikel ini.
Sebelum memiliki callsign, saya merupakan amatir radio gelap yang tidak berijin yang jika terlacak oleh balai monitoring, dapat dipidana. Sebenarnya saya sudah lama ingin memiliki ijin amatir radio tetapi situasi kurang mendukung karena mengharuskan ikut  tes di luar kota dengan materi yang tidak mudah untuk lulus.

Awalnya, saya tidak sengaja scrolling di Facebook tentang kisah orang Palu yang pertama kali  bisa berkomunikasi dan melaporkan keadaan kota Palu ke Jakarta pasca gempa dan tsunami pada 2018 silam.  Saat itu komunikasi digital seperti jaringan GSM, CDMA dan internet kabel lainya mati total dan tidak memungkinkan untuk berkomunikasi di kota Palu saat itu.

Namun, hanya orang ini yang bisa berkomunikasi menggunakan HT berdaya kecil dengan antena rakitanya sendiri komunikasi ke jakarta, secara nalar ini tidak akan mungkin untuk komunikasi dirrect Palu-Jakarta. Ternyata, orang ini memanfaatkan Voice repeater Satelit IO-86 A2 LAPAN-ORARI yang tengah melintas di atas kota palu saat itu. Pak Joko santoso namanya, seorang amatir radio yang membuat saya tertarik dengan dunia komunikasi satelit. Dan ternyata, satelit milik LAPAN yang berkerjasama dengan ORARI tersebut memang dipersipakan untuk hal semacam ini. Sayangnya sangat sedikit orang yang tertarik dan mempelajari cara pengoprasianya.

Karena penasaran bagaiamana dia berkomunikasi, saya browsing dan ketemu di web milik LAPAN, di situ terdapat tutorial dan ketentuan teknisnya. Saya mencoba membuat antena dan menyeting HT saya sesuai panduan. beberapa kali mencoba tracking untuk receive komunikasi di satelit tersebut dengan antena moxon, saya mulai paham bagaimana tata cara komunikasi mereka. Yang menjadi masalah adalah saat itu saya tidak memiliki callsign amatir radio.
Antena saya sudah bisa digunakan untuk mereceive komunikasi satelit, tetapi tidak tahu apakah bisa digunakan untuk memancar dan berkomuikasi atau tidak. Lalu saya ngaco saja menggunakan fake callsign YD2SAC (read: yengki delta two siera alfa carli). Saya pikir misal ketauan itu palsu tidak mungkin ketemu itu siapa. jadi saya PD dan santai saja ketika memancar di Voice repeate satelit IO-86 tersebut.

Dan ternyata, antena saya berhasil untuk memancar dengan sempurna. Panggilan saya dijawab oleh seorang amatir radio yang juga berkontribusi dalam pembuatan satelit indonesia tersebut, yaitu om Yono Adisoemarta dengan Callsign YD0NXX dari jakarta. Itu adalah QSO/komunikasi pertama saya di satelit. Semarang-Jakarta via VR satelit IO-86 menggunakan HT baofeng dan antena moxon buatan sendiri. Saya sangat senang karena berhasil masuk ke VR tsb.

Di kesempatan berikutnya, saya mecoba memancar lagi. Kali ini saya mendapat report dari seorang amatir radio dari Pekanbaru yaitu YC5YC om Dave. Kesempatan ke 2 ini saya menjadi semakin yakin bahwa antena yang saya buat sudah sempurna dan siap digunakan misal dalam keadaan darurat, dan saat itu saya merasa masih merasa aman, sebab dalam benak saya mereka tidak mungkin tahu siapa YD2SAC karena hanya suara yang sampai ke mereka.

Ternyata prediksi saya salah, saya menjadi hot topic di kalangan orang-orang AMSAT-ID amateur satelit indonesia, yaitu para amatir radio yang giat pada komunikasi satelit dan SWL telemetery satelit. Mereka mencari callsign palsu saya YD2SAC di callbook dan database kominfo dan tidak ketemu. Mereka penasaran pada YD2SAC, sebab itu merupakan orang yang baru muncul di VR, padahal seharusnya yang bisa masuk ke VR hanya para amatir radio dengan skill khusus dan mereka sudah hafal siapa saja yang seharusnya masuk ke satelit. Ternyata mereka benar-benar melacak saya, YD2SAC.

Saya kaget ketika om dave menghubungi Facebook saya dan menanyakan kepemilikan callsign tsb, panik luar biasa. Saya tidak menyangka bahwa saya akan terlacak oleh orang-orang Amsat. Om dave menanyakan perihal izin amatir saya, berhubung  YD2SAC adalah fake callsign, saya mengaku dan menceritakan eksperimen yang saya lakukan. Saya pikir ini akan buruk, tetapi malah sebaliknya. Saya sangat diapresiasi oleh orang-orang tersebut. Om dave kemudian menghubungkan saya pada pak Praharto, ketua Orari daerah Jawa tengah untuk perihal pembuatan izin untuk saya. Kemudian dikenalkan pada pak Arifin, seorang dosen farmasi di Semarang dan juga expert telemetery satelit. 

Saya diminta om Dave untuk menghubungi pak Arifin. Kemudian ada seorang amatir radio juga yang menghubungi saya, yaitu om Rian YD5ABK. Dia menceritakan bahwa orang-orang Amsat kaget ketika saya masuk ke VR IO-86 adalah otodidak. Mereka juga tidak menyangka bahwa saya lahir tahun 2000. Karena memang sangat langka anak muda yang tertarik pada dunia Amatir radio dan Amtir Satelit.

Hingga pada akhirnya, selang dua minggu saya bertemu dengan pak Arifin YC2SAT. ia mengajak saya untuk menuju ke LAPAN, Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional di Rancabungur, Bogor. Sebuah hal yang tidak terduga, di LAPAN saya dan pak Arifin disambut oleh Om Sony YD1SCC, seorang expert satelit, ia berkerja di LAPAN. Kemudian diajak keliling ke seluruh sudut Ground Station LAPAN. Dari Mission control room, Satellite controll room, Anechoic chamber room, bengkel perakitan satelit dll. 

Saya di pandu langsung oleh mantan kepala LAPAN yaitu Ir. Moch. Ichsan, salah satu legenda jaringan Internet pertama di Indonesia, orang yang memprakarsai pembangunan dan peluncuran satelit A2 dan beliau  juga berkontribusi pada peluncuran Satelit A1. Pak Ichsan mengajak kami ke tempat-tempat yang sebenarnya bukan tempat untuk orang umum. Tetapi dengan  kehendak beliau mengajak kami untuk berkeliling secara detail di LAPAN ini. Ketika pulang, Pak Ichsan YD0RH ini mengoleh-olehi pak Arifin sebuah rotator Antena bekas milik LAPAN yang masih berfungsi ke pak Arifin yang memiliki harga puluhan juta.

Tidak hanya itu, ketika pulang saya bertemu juga dengan om Yono YD0NXX, orang yang pertama kali mereport komunikasi saya di satelit dan juga om Mubin YB3MBN orang yang pernah melacak satelit yang hilang milik Thailand. Sebuah pengalaman yang tidak terduga. Dari sebuah kesalahan bisa membuka peluang yang tak pernah terpikirkan. Bertemu dengan orang-orang luar biasa di momen yang tepat.

Dan selang beberapa hari pulang dari Bogor, saya berangkat Ujian Negara Amatir Radio di Balai Monitor kelas II Yogyakarta. Saya lulus dengan nilai yang memuaskan kemudian terbitlah IAR alias Izin Amatir Radio yang menyebutkan bahwa saya Havid Adhitama adalah pemilik Callsign YD2CLX. Saya resmi menjadi Amatir Radio dan Aggota ORARI Indonesia. Ohiya, Callsign saya juga berlaku secara Internasional. Seven three Good Luck!

Havid Adhitama
An Licenced Amateur Radio, Travel Enthusiast, Love about Nature, Sosio-Culture And Outdoor Activity.

Related Posts

4 comments