VAw4HBTsJIe15camAdLyxmr6Gko2NgDKdvrlkFP2

Solo-Riding 6 hari 5 malam Melintasi Sepertiga Jawa Tengah


Mungkin bagi kalian 524 kilo meter hanyalah jarak yang dekat dan bukan apa-apa. Namun bagi saya ini sebuah perjalanan yang berkesan, sebab disini saya berhasil melawan diri saya sendiri. Melintasi 13 kabupaten dan 4 kota menaiki kuda besi 6 hari 5 malam sendirian.

Tentu perjalanan ini bukan tanpa tujuan, yang paling utama adalah mencari jawaban atas rasa penasaran yang sudah lama terbenam dalam pikiran. Karena jawaban jawaban atas rasa penasaran yang ada di internet tentu tidak semenarik melihat dan menyimpulkan sendiri di lapangan.

Sebelumnya, saya telah mem-planing perjalanan ini dengan matang. Dari persiapan teknis, objek tujuan, tempat singgah hingga rute yang akan saya lewati. 

Dari planning diatas tentu tidak lupa menyiapkan Main-Stuff yaitu sepeda motor yang akan menemani saya selama perjalanan dan tentunya keperluan pribadi selama di jalan. Persiapan saya mulai dengan mengecek kondisi kanvas rem depan dan belakang, tekanan ban, kualitas oli dan menyiapkan bahan bakar. Dan juga tidak lupa STNK, SIM dan restu orang tua! Karena tanpa yang terakhir saya sebutkan, perjalanan ini tidak akan lancar. 

Perjalanan saya mulai dari rumah saya di Banjarnegara, dengan tujuan awal adalah kota Semarang. Untuk menuju Semarang, saya melewati jalan tembusan Banjarnegara-Batang yang menghubungkan kecamatan Batur, Banjarnegara dengan kecamatan Blado, Batang. Perjalanan memakan waktu sekitar 1 jam. Kemudian perjalanan dilanjutkan dengan melintasi jalur pantura alias pantai utara yang terkenal dengan kulinernya yang katanya pantas dicoba. 

Melintasi jalur Pantura menggunakan motor dual purpose sebenarnya ngeri-ngeri sedap, sebab di jalur Pantura mayoritas kendaraan yang melintas adalah kendaraan-kendaraan besar berkecepatan tinggi dengan muatan berat seperti truk kontainer dan bus-bus besar AKAP. Jadi harus benar-benar fokus ketika berada dibelakang kendaraan tersebut karena sering pindah lajur secara tiba-tiba dan tidak menutup kemungkinan kita berada di blind spot dari supir tersebut.

Istirahat Di  Pantura

Saya berhenti di Alas Roban untuk beristirahat dan mecicipi makanan pantura yang katanya sedap. Saya mencicipi masakan di salah satu warung yang didepanya banyak terparkir truk truk besar yang kelihatanya menjadi tempat istirahat para supir. Menurut saya makanannya lumayan tapi saya tidak bisa merinci rasa makanan tersebut. Setelah selesai, perjalanan saya lanjutkan dengan melintas di  kabupaten Kendal dan sampailah di Semarang dengan waktu tempuh total sekitar 3 jam.

Museum Sangiran - Sragen

Di Semarang, saya menyelesaikan beberapa administrasi di kampus untuk keperluan akhir semester hingga beberapa waktu. Dan perjalanan dimulai untuk menuju waypoint pertama yaitu Surakarta. Untuk menuju Surakarta dari arah Semarang, saya menuju ke arah tenggara, melewati Ungaran, Salatiga, Boyolali kemudian Surakarta dengan jarak tempuh sekitar 2 jam dengan kondisi lalu lintas yang lumayan lancar.  Disini, saya menuju tempat tinggal salah satu rekan saya sebelum melanjutkan ke objek yang akan saya kunjungi yaitu Museum manusia purba Sangiran di Kabupaten Sragen. Di Surakarta, saya menginap satu malam. 

Perjalanan dari Surakarta menuju Museum Sangiran menempuh waktu sekitar 1 jam, saya mengambil jalan tembusan dari kota Surakarta – Sangiran menuju arah timur laut yang melewati  di kecamatan Ngemplak, Boyolali. Kemudian tembus di jalan Solo-Purwodadi lalu menuju ke museum Sangiran. Disini rasa penasaran akan cerita-cerita yang saya dengar semasa SMP tentang Balung Buto terjawab secara detail. Saya dulu hanya bisa melihat benda-benda purba tersebut di LKS dan sekarang bisa melihatnya secara langsung. Mengesankan, bisa melihat benda-benda yang merupakan bagian dari peradaban manusia secara nyata dan bisa menyentuhnya.


Sebenarnya, saya meragukan teori evolusi yang menyebutkan awal mula manusia adalah kera yang bervolusi menjadi manusia modern. Sebab, tahapan perubahan yang mereka paparkan  tidak sempurna, masih terlalu meloncat terutama pada fase Phitecan tropus erectus menjadi homo erectus. Di museum sangiran, ada yang mengklaim bahwa penemuan disini merupakan jawaban atas missing link teori evolusi. Terlepas dari itu, saya tidak mempedulikanya, saya yakin dengan apa yang dijelaskan dalam agama saya.

Di Museum saya berkeliling sekitar 3 jam kemudian perjalanan saya lanjutkan ke Yogyakarta.  Di Yogyakarta, saya menuju kontrakan salah satu saudara yang sedang menempuh pendidikan disana. Untuk menuju Yogyakarta, jarak yang harus ditempuh sekitar 70 kilo meter dari kabupaten Sragen. dengan melintasi jalan seperti saat berangkat yaitu menuju Ngemplak, Boyolali dilanjutkan ke arah Sukoharjo dan belok ke arah Klaten di persimpangan Sukoharjo. Perjalanan ditempuh sekitar 2 jam, di sore hari saya sampai di kontrakan tersebut.

Saat di Yogyakarta saya.... Klik Tulisan ini Untuk Melanjutkan Membaca
Havid Adhitama
An Licenced Amateur Radio, Travel Enthusiast, Love about Nature, Sosio-Culture And Outdoor Activity.

Related Posts

2 comments